“Sebelum menjadi keamanan perusahaan, saya
adalah pelaku illegal logging” kata Pria bertubuh tinggi kekar dengan tato di
lengan kiri bermerek MAMA dan lengan kanan bergambar cobra. Perawakannya khas
depkolektor di film-film bergenre kriminal yang sering saya tonton, ada
perasaan mengerikan ketika pertama kali saya bertemu muka dengannya di dalam tengah-tengah
kawasan perkebunan yang di kuasainya bersama masyarakat lainnya.
Pria kelahiran Desa Talang Ara Kecamatan Malin
Demang Kabupaten Mukomuko ini bernama Ahmad Laka. Gaya bicaranya blak-blakan
dan selalu berpenampilan khas dan praktis, outifit. Selalu berbaju singlet dengan
celana yang ketat. Kemana-mana membawa tas sandang. Dia lalu menjelaskan kepada saya
dengan mengunakan Bahasa Indonesia logal Suku Pekal yang kental tentang konflik
yang terjadi di desanya. “Konflik
ini terjadi dan dimulai pada tahun 1995 ketika Badan Pertanahan
Nasional menerbitkan Hak Guna Usaha Perkebunan untuk PT Bina Bumi Sejahtera
(BBS) melalui Surat Keputusan No: 42/HGU/BPN/1995 dengan luas lahan 1.899.”
Katanya sambil membuka buku catatannya.
Menurutnya Sebagian masyarakat yang setuju
dengan perkebunan mendapatkan ganti rugi lahan, dan sebagaiannya belum menerima
ganti rugi lahan, tetapi tetap saja lahan mereka di jadikan Kawasan perkebunan
PT BBS. “Lahan-lahan yang telah di bebani izin tersebut di atasnya dilakukan
aktivitas perkebunan. Aktivitas mereka hanya berlangsung selama 2 tahun dengan
penanaman komoditi cokelat seluas 350 Ha dan kelapa hibrida 14 Ha,” Jelasnya
yang di setiap kata-katanya selalu di ucapkan dengan ujung lidah di tekan
keluar. Selain Bahasa Pekal, pria pecinta batu akik dan selalu mengenakan
kalung berantai dengan batu akik yang besar ini menguasai Bahasa Rejang dengan
lancar. Dan, mengaku lama di tanah Rejang ikut dengan keluarga dekatnya yang
tinggal di Lebong. Istri pria bertato ini berasal dari Kabupaten Lebong bersuku
Rejang.
“Dulu dia melamar pekerjaan di perusahaan
dimana saya bekerja, jodoh menemukan kami di antara hamparan perkebunan sawit
perusahaan swasta” cerita pria berumur 45 tahun ini beromantisme. Tahun 1998
masyarakat desa sekitar yang belum mendapatkan ganti rugi mulai mengarap lahan
HGU terlantar PT BBS. “Selama 7 tahun sebenarnya belum ada konflik.” Tahun 2005
baru terjadi pengusuran secara paksa yang dilakukan oleh PT Daria Dharma
Pratama (DDP) di lahan HGU terlantar PT BBS.
“Informasi yang saya ketahui dasar pengusuran
ini adalah pinjam pakai antara PT DDP da PT BBS.” Konflik semakin meruncing
Ketika Bupati Mukomuko mengeluarkan surat edaran kepada petani pengarap agar
tidak menanam tanaman-tanaman tua seperti karet, sawit dan jengkol. Dan
dikuatkan dengan di keluarkannya Surat Keputusan Bupati Mukomuko. “Saya lupa nomornya,
tapi Surat Bupati ini tentang Izin Lokasi PT DDP di atas lahan PT BBS.”
Jelasnya Ahmad Laka.
Saya berhenti
jadi keamanan perusahaan, katanya dan dia engan menyebutkan nama perusahaan
yang mengunakan jasa pengamanannya. Saya melihat konflik perkebunan ini bukan
hanya konfik yang terjadi di wilayah perkebunan saja. “Tetapi meluas dan
berdampak pada hubungan sosial di antara kami tapi berdampak hubungan dengan
pemerintah dan pihak lainnya.” Pria yang hobi memakai baju singlet ini mencoba
mengambarkan konflik yang terjadi di wilayahnya.
“Saya mengambil
sikap untuk satu barisan dengan kawan-kawan yang menguasai lahan PT BBS,”
intonasi suaranya bergetar membuat saya merinding, saya merasa seperti kreditur
yang ditagih oleh depkolektor yang sedang kejar setoran.
Pertemuan kami di
lahan perkebunan ini setidaknya dihadiri sekitar 80 orang petani dan sebagian
dari mereka pernah beberapa kali di kriminalisasi oleh aparat kepolisian dengan
berbagai delik. “Saya pernah di tuduh sebagai provokator,” Ceritanya. Ketika
itu, masyarakat berkumpul menolak pengkuran oleh BPN dan saya di anggap orang
yang memprovokasi dan menghalangi kerja pemetaan oleh BPN, dan saya dipanggil
ke Kantor Polisi dan setelah dua hari rumah saya di datangi oleh Aparat
Kepolisian. “Sebagai manusia tentu saya ketakutan,” lanjutnya sembil tertawa.
Saya yakin dia
pasti ketakutan, meskipun dia memiliki wajah yang sangar dengan tubuh yang
kekar, kedua lengannya meskipun bertato, tapi tatonya bertulisan MAMA. “Tuisan
tato ini menunjukan kelemahan dang,” Kata saya dan ia mengiakan sambil tertawa
lalu menceritakan sejarah tato miliknya.
Ketika muda, dia
mengalami kecelakaan motor dan membuat dia tidak bisa berjalan selama lebih
dari 3 bulan. Dia merasa tidak bisa melanjutkan hidupnya. Rasa frustasi itu
membuat dia kehilangan semangat. “Akhirnya ada teman yang datang ke rumah dan
saya suruh dia buat tato, jadilah tato tulisan MAMA, merasa belum puas sebelah
kanan saya suruh dia buat gambar ular cobra” Kenangnya sambil tertawa dan
menunjukan tatonya yang mulai kabur. Ketika saya tanya apa makna tulisan MAMA,
dia tidak mau cerita katanya itu cerita yang memalukan. “Biarlah menjadi
kenangan buruk sekaligus memalukan di masa muda” katanya.
Bulan Oktober
2020 dia Bersama teman-teman seperjuanganya membentuk organisasi petani
pengarap. Organisasi ini mereka namai Serikat Petani Pejuang Bumi Sejahtera.
“SPPBS ini kami bentuk sebagai wadah untuk berjuang dan wadah untuk berkumpul.
Anggotanya SPPBS adalah semua petani yang menguasai lahan di PT BBS” Katanya.
“Harapan saya
Serikat ini menjadi kuat dan bisa di contohkan oleh kawan-kawan lain yang
mengalami konflik yang sama seperti kami” Kata Wakil Ketua SPBBS ini dengan
bangga. Serikat kami semakin solid. Kami didirkan pos penjagaan di jalan masuk
dan kami bergantian piket menjaga kebun-kebun anggota kami.
Namun setiap kali
kami ketemu dengan banyak pihak baik Pemerintahan Desa maupun Kecamatan mereka
selalu menanyakan legalitas Serikat. Saya selalu menjawabnya secara
diplomaitis. “Bukankah rakyat Indonesia punya kebebasan berpikir, berkumpul dan
berserikat dan itu dijamin oleh konstitusi” Lanjutnya. Saya tahu bukan
organisasi kami yang dianggap menganggu, tapi perjuangan Kamilah yang di anggap
menjadi sebagai kegiatan yang mengancam keberlanjutan investasi perusahaan
swasta.
Apa-apa yang kami
lakukan selalu mendapatkan tantangan, Lanjutnya. “Saya tahu betul sebagai orang
yang pernah lama bekerja di perusanaan, biasanya mereka akan mengunakan
berbagai cara untuk menghambat perjuangan kami,” Curhatnya. Tapi sekarang tidak
ada lagi pihak yang tanya soal legalitas Serikat, kami telah datang ke Notaris
di Kota Bengkulu untuk melegalkan organisasi kami. Saat ini kami sedang
menyiapkan kongres Serikat yang akan mengumpulkan seluruh petani penggarap di
lahan terlantar PT BBS.
“Apa pentinya
bagi Dang untuk ikut berjuang Bersama kawan-kawan lain melalui serikat ini.?
Tanya saya. Saya tahu sebagai orang yang di tunjuk sebagai Kepala Kaum, di
Desanya pasti dia punya cukup tanah untuk menghidupi keluarga yang hanya
mempunyai dua orang anak yang satunya sudah menikah dan ikut ke keluarga
suaminya.
“Saya tidak
mengerti hukum,” Katanya. Tapi saya tahu konflik ini ada factor hukumnya juga.
Saya tahu soal ini Ketika sering diskusi dengan kawan-kawan pendamping kami
dari Akar Foundation. “Misalnya tentang tumpang tindih peraturan, peraturan
yang tidak memadai, sampai pada penyelesaian dan birokrasi yang berbelit-belit,”
Jelasnya.
Selain factor
hukum, yang saya tahu di lahan PT BBS ada factor non hukum juga misalnya tumpang
tindih pengunaan tanah, tanah tersebut kemudian bernilai ekonomi yang tinggi
dan tanah tetap penduduk bertambah dan miskin pula. Jelasnya agak serius.
Saya membayangkan apa yang terjadi di generasi mendatang kalau kasus ini tidak diselesaikan. “Bayangkan,” Tambahnya Sebagian besar penduduk desa kami di anggap criminal sebagai maling oleh pihak perusahaan. Dan karena itulah yang membuat saya bersemangat Bersama kawan-kawan lain untuk menyelesaikan konflik ini. Jelasnya sambil membuka baju menampakan tato MAMA dan ular cobra miliknya. Kemudian dia buru-buru berdiri menuju dapur umum, suara istrinya yang sedang bergerumul dengan asap dari tungku terdengar melengking. “Saya lebih suka berhadapan dengan seratus preman perusahaan dari pada berhadapan dengan satu orang pemilik suara yang melingking ini.” Katanya meninggalkan saya duduk sendirian di pokok sawit yang baru dia tebang minggu lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar