Menyelami Developmentalisme - Erwin Basrin

Breaking

Recent Posts

 photo Untitled-1_1.jpg

Minggu, 30 Desember 2018

Menyelami Developmentalisme



Paham developmentalisme atau teori pembangunan, selain dikembangkan dalam rangka membendung pengaruh dan semangat antikapitalisme bagi rakyat di dunia ketiga, istilah "Dunia Ketiga" ini muncul pada masa Perang Dingin untuk menyebut negara-negara yang tidak memihak dengan NATO atau Blok Komunis. Developmentalisme juga, merupakan siasat baru untuk menganti formasi social kolonialisme yang baru runtuh. Dan, dilontarkan pada era perang dingin untuk membendung sosialisme, sehingga ia merupakan bungkus baru dari kapitalisme. Diskursus developmentalisme muncul sekitar tahun 1949 ketika Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman mengumumkan kebijakan pemerintahannya dan sejak itu menjadi doktrin kebijakan luar negeri.


Sebagai mana terori social yang berkembang di tahun 1950-an dan 1960-an ia memainkan peran penting dalam membangun diskursus akademik yang memberi legitimasi ilmiah terhadap teori tersebut. Pada tahun 1968 berbagai pakar terlibat aktif dalam diskusi secara mendalam sehingga mempengaruhi kebijakan Amerika tentang develpomentalisme. Hasil diskursus ini adalah saran kepada pemerintah Amerika yang intinya adalah bagaimana melakukan penaklukan ideology terhadap negara-negara Dunia Ketiga. Yang pada dasarnya mencerminkan dominasi interpretasi ilmumuwan liberal terhadap konsep development.

Sejak saat ini para ilmuan sangat progresif dan berhasil menciptakan pengetahuan dan teori development dan moderenisasi. Ekonomi seperti Walt Whitman Rostow dan kemudian dikenal dengan Rostow menemukan teory pertumbuhan atau growth-teory. Begitu pula dengan Psikolog David C McClelland dengan teori moderenisasi. Keduanya meyakini bahwa factor manusia (bukan struktur dan system) menjadi focus utama perhatian mereka. Mereka mengunakan metafora pertumbuhan sebagai organisme. Maksudnya, mereka melihat development sebagai proses evolusi perjalanan tradisional ke modern. Pikiran ini dapat dijumpai dalam teori pertumbuhan yang sangat dari Rostow, the five-stage scheme dan model Gunung es-nya McClellend, McClellend iceberg model.

Kedua teory ini berasumsi bahwa masyarakat pernah mengalami masa “tradisional” dan akhirnya menjadi “modern”. Sikap manusia tradisional dianggap sebagai masalah. Mereka menemukan kenapa masyarakat Dunia Ketiga terbelakang karena rendahnya need for achievement, kata McClelland. Sekali lagi, sikap dan budaya manusia dianggap sebagai sumber masalah. Di satu sisi prototype dari the achieving people pada dasarnya adalah masyarakat kapitalis.

Konsep pembangunan atau developmentalisme dan moderinisasi yang kemudian dianut oleh berjuta-juta rakyat di Dunia Ketika tersebut pada dasarnya merupakan refleksi dari paradigm Barat tentang perubahan social. Development, diidentikkan dengan gerakan langkah demi langkah menuju higher modernity. Yang dimaksud dengan modernity adalah merefleksi pada bentuk perkembangan dan kemajuan teknologi dan ekonomi seperti yang dialami oleh negara-negara industry. Konsep ini mempunyai akar sejarah dan intelektualitas perubahan social yang diasosiasikan dengan Revolusi Industri di Eropa.

Gagasan develpomentalisme segera menjadi massif, justru setelah menjadi doktrin politik bantuan luar negeri Amerika baik kepada Dunia Ketiga maupun LSM, juga serempak hampir setiap universitas di Barat membuka suatu kajian baru yang dikenal dengan Develpoment Studies. Konsolidasi gagasan ini mengambarkan proses ekspansi diskursus pembangunan melalui penciptaan network kelembagaan demi memfungsikan aparat develpomentalisme. Begitu terkonsolidasi, mereka menentukan apa yang harus dibicarakan, dipikirkan dan diidamkan. Pendek kata, semua diarahkan menuju ke arah gagasan developmentalisme.  

Discourse development tersebut berkembang di masing-masing negara berkembang secara mendaam hingga sampai di pedesaan dengan pendekatan masing-masing. Di Indonesia, misalnya, ideologi develpomentalisme yang kemudian diterjemahkan dalam pembangunan tersebut dikembangkan melalui mekanisme control ideology, social dan politik yang canggih. Bisa disimpulkan bahwa developmentalisme dewasa ini diyakini oleh sebagian besar birokrat pemerintahan, akademisi, dan bahkan banyak aktivis social sebagai satu-satunya jalan perubahan social menuju masyarakat sejahtera.

Namun demikian, terjadi kekecewaan meluas dikalangan teoritis ilmuwan social terutama yang menekuni teori perubahan social dan teori pembangunan terhadap developmentalisme. Developmentalisme tidak saja dianggap telah gagal dalam menjawab berbagai persoalan yang diwariskan oleh pemikir sebelumnya, seperti persoalan kelas, dominasi ideology dan budaya, persoalan gender maupun persoalan lingkungan, bahkan juga dianggap justru melanggengkan persoalan ekploitasi buruh yang melekat pada system ekonomi kapitalis, developmentalisme juga diakui gagal untuk dapat menghindari system penindasan politik masyarakat. Developmentalisme sejak diciptakan juga telah menjadi bagian dari masalah lingkungan hidup.

Akan tetapi jika disimak secara seksama, meskipun development telah gagal, justru saat ini di tengah krisis yang menimpa pembangunan, dunia telah melangkah menuju era seperti yang diramalkan dan dikwatirkan Wolfgang Shach, yakni dunia tengah memasuki era perspektif dan ideology tunggal dan global yang di kenal dengan globalisasi.       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar