Paham developmentalisme atau teori pembangunan, selain
dikembangkan dalam rangka membendung pengaruh dan semangat antikapitalisme bagi
rakyat di dunia ketiga, istilah "Dunia Ketiga" ini muncul pada
masa Perang Dingin untuk menyebut negara-negara yang tidak memihak dengan NATO
atau Blok Komunis. Developmentalisme juga, merupakan siasat baru untuk menganti
formasi social kolonialisme yang baru runtuh. Dan, dilontarkan pada era perang
dingin untuk membendung sosialisme, sehingga ia merupakan bungkus baru dari
kapitalisme. Diskursus developmentalisme muncul sekitar tahun 1949 ketika
Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman mengumumkan kebijakan pemerintahannya
dan sejak itu menjadi doktrin kebijakan luar negeri.
Sebagai mana terori social
yang berkembang di tahun 1950-an dan 1960-an ia memainkan peran penting dalam
membangun diskursus akademik yang memberi legitimasi ilmiah terhadap teori
tersebut. Pada tahun 1968 berbagai pakar terlibat aktif dalam diskusi secara
mendalam sehingga mempengaruhi kebijakan Amerika tentang develpomentalisme. Hasil
diskursus ini adalah saran kepada pemerintah Amerika yang intinya adalah
bagaimana melakukan penaklukan ideology terhadap negara-negara Dunia Ketiga. Yang
pada dasarnya mencerminkan dominasi interpretasi ilmumuwan liberal terhadap
konsep development.
Sejak saat ini para
ilmuan sangat progresif dan berhasil menciptakan pengetahuan dan teori development
dan moderenisasi. Ekonomi seperti Walt Whitman
Rostow dan kemudian dikenal dengan Rostow
menemukan teory pertumbuhan atau growth-teory.
Begitu pula dengan Psikolog David C McClelland dengan
teori moderenisasi. Keduanya meyakini bahwa factor manusia (bukan struktur dan system)
menjadi focus utama perhatian mereka. Mereka mengunakan metafora pertumbuhan
sebagai organisme. Maksudnya, mereka melihat development sebagai proses evolusi
perjalanan tradisional ke modern. Pikiran ini dapat dijumpai dalam teori
pertumbuhan yang sangat dari Rostow, the
five-stage scheme dan model Gunung es-nya McClellend, McClellend iceberg model.
Kedua teory ini berasumsi bahwa
masyarakat pernah mengalami masa “tradisional” dan akhirnya menjadi “modern”. Sikap
manusia tradisional dianggap sebagai masalah. Mereka menemukan kenapa
masyarakat Dunia Ketiga terbelakang karena rendahnya need for achievement, kata McClelland. Sekali lagi, sikap dan
budaya manusia dianggap sebagai sumber masalah. Di satu sisi prototype dari the achieving people pada dasarnya
adalah masyarakat kapitalis.
Konsep pembangunan atau developmentalisme dan moderinisasi yang
kemudian dianut oleh berjuta-juta rakyat di Dunia Ketika tersebut pada dasarnya
merupakan refleksi dari paradigm Barat tentang perubahan social. Development,
diidentikkan dengan gerakan langkah demi langkah menuju higher modernity. Yang dimaksud dengan modernity adalah merefleksi pada bentuk perkembangan dan kemajuan
teknologi dan ekonomi seperti yang dialami oleh negara-negara industry. Konsep ini
mempunyai akar sejarah dan intelektualitas perubahan social yang diasosiasikan
dengan Revolusi Industri di Eropa.
Gagasan develpomentalisme segera menjadi massif, justru setelah menjadi
doktrin politik bantuan luar negeri Amerika baik kepada Dunia Ketiga maupun
LSM, juga serempak hampir setiap universitas di Barat membuka suatu kajian baru
yang dikenal dengan Develpoment Studies.
Konsolidasi gagasan ini mengambarkan proses ekspansi diskursus pembangunan
melalui penciptaan network kelembagaan demi memfungsikan aparat develpomentalisme. Begitu terkonsolidasi,
mereka menentukan apa yang harus dibicarakan, dipikirkan dan diidamkan. Pendek kata,
semua diarahkan menuju ke arah gagasan developmentalisme.
Discourse development tersebut
berkembang di masing-masing negara berkembang secara mendaam hingga sampai di
pedesaan dengan pendekatan masing-masing. Di Indonesia, misalnya, ideologi develpomentalisme yang kemudian
diterjemahkan dalam pembangunan tersebut dikembangkan melalui mekanisme control
ideology, social dan politik yang canggih. Bisa disimpulkan bahwa developmentalisme dewasa ini diyakini
oleh sebagian besar birokrat pemerintahan, akademisi, dan bahkan banyak aktivis
social sebagai satu-satunya jalan perubahan social menuju masyarakat sejahtera.
Namun demikian, terjadi kekecewaan
meluas dikalangan teoritis ilmuwan social terutama yang menekuni teori
perubahan social dan teori pembangunan terhadap developmentalisme. Developmentalisme tidak saja dianggap telah
gagal dalam menjawab berbagai persoalan yang diwariskan oleh pemikir
sebelumnya, seperti persoalan kelas, dominasi ideology dan budaya, persoalan
gender maupun persoalan lingkungan, bahkan juga dianggap justru melanggengkan
persoalan ekploitasi buruh yang melekat pada system ekonomi kapitalis, developmentalisme juga diakui gagal
untuk dapat menghindari system penindasan politik masyarakat. Developmentalisme sejak diciptakan juga
telah menjadi bagian dari masalah lingkungan hidup.
Akan tetapi jika disimak secara
seksama, meskipun development telah
gagal, justru saat ini di tengah krisis yang menimpa pembangunan, dunia telah
melangkah menuju era seperti yang diramalkan dan dikwatirkan Wolfgang Shach,
yakni dunia tengah memasuki era perspektif dan ideology tunggal dan global yang
di kenal dengan globalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar