Petualangan Dialog Bentangan Jiwa tentang Kausalitas - Erwin Basrin

Breaking

Recent Posts

 photo Untitled-1_1.jpg

Senin, 18 September 2017

Petualangan Dialog Bentangan Jiwa tentang Kausalitas


Beberapa minggu ini terjadi anomali cuaca di kotaku, cuaca sulit sekali di mengerti. Pagi cerah, siangnya hujan dan sorenya mendung malamnya langit berbintang. Aku tidur-tiduran saja hari ini sambil membaca buku Muhammad Iqbal dan Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam.

Dalam buku ini Iqbal mengugat supremasi akal. Katanya, tukang tak dapat mengerjakan rencananya tanpa terlebih dahulu memilih serta memisahkan bahannya dan situasi-situasi alamiah bahan-bahan tersebut, sedangkan alam membentuk suatu sistem dari bagian-bagian yang seluruhnya interpenden. Bagi Iqbal proses alam tidak analog dengan kerja seorang arsitek, yang karena harus terlebih dahulu memisah serta menyatukan bahan-bahannya tak dapat menyamai evolusi keseluruhan organik yang terjadi pada alam.
Aku membaca pelan-pelan buku berat bersampul warna merah ini. Kosentrasiku tergangu ketika Javas Titon, anak bungsuku datang dengan Es krim murahan di tangan kanannya.
Abang tadi bohong pak” katanya menganggu
Bohong?” tapi mataku masih mengikuti deretan huruf karya Iqbal
Tadi dia bilang mau beli Es krim, tapi sampai Warung di beli Permen dan Cokelat" dia kemudian duduk di sampingku. Dia sepertinya terganggu dengan abangnya, seharusnya dia dapat dua buah es krim karena perbuatan Abangnya dia kemudian hanya dapat satu es krim. Aku tersenyum.
Begini.” jelasku
Niat adalah tindakan Jiwa dan perbuatan adalah tindakan raga,”
Dalam hukum kausalitas (sebab-akibat) sebagai hukum yang mengatur alam semesta.”
Tindakan itu bisa di periksa dari niat.” Aku tidak sadar masih mengarungi kontruksi berpikir Iqbal.
Javas Titon melongo, es krimnya mencair, belepotan disekitar mulut dan mulai menetes ke lantai. Aku buru-buru ambil tisu, tetesan es krim ini akan berakibat intonasi suara ibunya akan melengking kencang nanti.
Bdikar datang tersenyum-senyum menampakan tanda-tanda kemenangan terhadap adiknya. Javas Titon cemberut, keningnya membentuk angka sebelas. Dia kalah karena di kibuli.
Aku diam. Siapa yang harus Aku bela.
Lalu, keduanya berlari keluar. Dan aku berpikir tentang sebab dan akibat. Kausalitas, demikian bisanya untuk menyebut keduanya.
Kalau aku lapar maka aku pasang niat untuk kenyang, Makan itu adalah tindakan. Karena Makan adalah kata kerja. Kemudian ada material pendukung misalnya Petai, Nasi, Daging Landak, Daging Sapi, Ular dan Daging Babi. Dalam Kepercayan Agamaku, daging Babi itu haram, titik. Tapi makan itu wajib. Kalau tidak ada yang bisa dimakan selain Daging babi maka Daging Babi itu bolehlah dimakan. Dalam kasus ini Niatnya sudah benar, caranya bagus tapi alat, suasana, material pendukung harus di periksa melalui rute kausalitas.
Pada akhirnya kita bisa periksa apakah niat benar perbuatan salah? niat salah perbuatan benar? keduanya salah atau keduanya benar?. Ini membingungkan.
Aku berpikir keras. Sepertinya telencephalon yang merupakan bagian yang paling menonjol dari otakku bergetar dan mulai memproses semua kegiatan intelektual. Lalu seperti lapisan buku saja, halaman pertama tertulis tentang prinsip dalam kausalitas, yang menyatakan bahwa setiap peristiwa mempunyai sebab, dan dalam hukum keniscayaan menyatakan bahwa setiap sebab niscaya melahirkan akibat alamiahnya dan bahwa tidak mungkin akibat terpisah dari sebabnya serta hukum keselarasan yang lahir dari hokum kausalitas menyatakan bahwa setiap himpunan alam yang secara esensial mesti selaras, mesti pula selaras dengan sebab dan akibatnya.
Aku tersenyum sendiri, rokok putih kemudian menyala, asap bercampur 14 Mg Tar dan 1,0 Mg Nikotin memenuhi ruang ronga mulutku, sebagian keluar lewat hidung. Asap ini ternyata mampu memicu kegiatan intelektual telecephalon. Searching selanjunya menemukan Teori conditio sine qua non, hukum yang pertama kali dicetuskan pada tahun 1873 oleh Von Buri, ahli hukum dari Jerman. Dia mengatakan bahwa tiap-tiap syarat yang menjadi penyebab suatu akibat yang tidak dapat dihilangkan (weggedacht) dari rangkaian faktor-faktor yang menimbulkan akibat harus dianggap “causa” (akibat).
Tiap faktor tidak diberi nilai, jika dapat dihilangkan dari rangkaian faktor-faktor penyebab serta tidak ada hubungan kausal dengan akibat yang timbul. Dalam perkembangan  teori Von Buri banyak menimbulkan kontra dari para ahli hukum, sebab teorinya dianggap kurang memperhatikan hal-hal yang sifatnya kebetulan terjadi ). Selain itu teori ini pun tidak digunakan dalam hukum pidana karena dianggap sangat memperluas dasar pertanggungjawaban (strafrechtelijke aansprakelijheid).” Mulutku komat kamit, mata berputar dari arah kiri ke kanan, seperti ada suara di rongga dada dan mulutku tersenyum. Senyum itu kemudian mengarahkanku pada narasi Delik materil yang ada di pasal 338, 351, 187 KUHP, “Tujuan pada akibat adalah sebab dari pada akibat. Disini dicari banyak atau beberapa sebab yang dinamakan  syarat dari akibat itu. Adalah tiap perbuatan yang merupakan syarat dari akibat apabila perbuatan itu tidak dapat ditiadakan untuk menimbulkan suatu akibat.” Aku berhenti, narasi ini membingungkanku. Narasi ini Aku dapati hanya dari membaca sekilas dari beberapa buku.
Tiba-tiba egoisme intelektualku muncul. Aku mencoba menjahit-jahit persoalan dengan pengetahuan intelektualku. Sebagai orang yang dibesarkan dengan Ilmu exsact meskipun selalu mendapatkan nilai C dalam mata kuliah Fisika dan Mekanika Teknik, Aku mencoba menyambungkan kausalitas ini dengan Superposisi dalam Fisika Kuantum.
Begini,” batinku. Hukum fisika klasik dimungkinkan, bahwa urutan peristiwa adalah bersifat tetap, objek bisa kehilangan sifat-sifat klasiknya yang sudah terdefinisi dengan baik, seperti misalnya sebuah partikel yang bisa berada di dua lokasi yang berbeda pada saat yang sama.
Aku masih ingat betul dengan penjelasan Superposisi ini. Ketika kelas 3 SMP, Bapak Idrus Zaman, Guru Fisika yang dijari kelingking kanannya selalu menempel Cincin akik yang di beri nama “Bagero” katanya Bagero artinya Bodoh! Bagero ini selalu saja tiap pagi minta sarapan. Batu cincin ini akan beradu dengan kepala yang tidak menyelesaikan Pekerjaan Rumah atau tidak bisa menjawab setiap pertanyaan Fisika yang ditanyakan si tuan Bagero.
Di jam pertama habis upacara bendera. Pak Idrus Zaman menjelaskan kepada kami tentang Superposisi dalam Teori Fisika Kuantum.
Penjelasan Sederhana pada pola Superposisi adalah peristiwa yang diatur berdasarkan waktu” Jelasnya sambil membelai Si Bagero yang melotot seperti mau meloncat dari gagangnya. Itu kode agar kami harus memperhatikan baik-baik jika tidak mau Bagero mendarat di kepala.
Suatu sebab hanya bisa mempengaruhi akibat di masa depannya bukan di masa lalu.”
Contoh sederhananya begini,” Lanjutnya.
Bayangkan seseorang bernama Andom berjalan memasuki sebuah ruangan dan menemukan secarik kertas. Setelah membaca pesan yang tertulis di atas kertas itu, Andom menghapusnya dan menggantinya dengan pesan darinya sendiri. Di waktu yang berbeda, seseorang yang lain, bernama Elsa, memasuki ruangan yang sama serta melakukan hal yang sama: membaca isi pesan, menghapusnya dan menulis ulang pesan sendiri ke atas kertas tersebut. Jika Elsa memasuki ruangan itu setelah Andom, ia akan mampu membaca apa yang ditulis Andom; namun Andom tak akan punya peluang untuk mengetahui isi pesan dari Elsa.” Aku mencatat penjelasannya di buku tipis bersampul warna hitam yang di belikan ibuku di pasar desa minggu lalu.
Aku sibuk membuat tulisan dan kesimpulan sendiri.
Erwin” tiba-tiba penjelasannya berhenti dan aku terkejut dan kaget sendiri. Jantungku bergetar takut kepalaku jadi sarapan Bagero.
Coba jelaskan analogi yang aku jelaskan tadi” pertanyaanya mengandung ancaman dan aku harus waspada.
Bahwa dalam kasus ini,” Aku gugup dan terbata-bata menjawab.
Pesan Andom adalah “sebab” dan apa yang dibaca Elsa adalah “akibat.” Tiap kali keduanya mengulang prosedur tersebut, hanya satu yang akan mampu membaca apa yang ditulis oleh yang lain. Bahkan sekalipun mereka tidak saling melihat dan tidak mengetahui siapa yang pertama kali memasuki ruangan, mereka bisa menyimpulkannya dari apa yang mereka baca dan tulis di atas kertas. Misalnya, Andom menulis “Andom datang ke sini hari ini,” maka jika Elsa membaca pesan tersebut, ia akan tahu bahwa dirinya memasuki ruangan itu sesudah Andom.” Dia tersenyum pertanda aku selamat dari hantaman Bagero.
Teori ini menyodorkan langkah penting menuju pemahaman bahwa urutan kausal yang definitif mungkin tidak menjadi sifat yang wajib di alam. Tantangan yang sebenarnya adalah mencari tahu di bagian alam mana kita harus mencari superposisi dari urutan kausal,” Dia melanjutkan penjelasannya dan itu mengkonfirmasikan bahwa aku aman dari serangan Bagero.
Sebuah kerangka kerja bagi mekanika kuantum ini mendemonstrasikan kemungkinan bagi dua agen untuk melakukan tugas komunikasi di mana hal ini mustahil untuk menyebut dengan pasti siapa mempengaruhi siapa.” Aku semakin bersemangat menulis penjelasanya.
Aku kemudian menuliskan kesimpulan dua jam belajar Fisika di bawah tekanan Bagero. Aku kemudian mengerti ketika sebuah sistem kuantum (atom, elektron) mengalami superposisi, setiap kemungkinan memiliki sebuah “nilai”. “Nilai” ini bersifat unik, tertentu, dan menghubungkan dua keadaan, yakni; masa kini dan masa depan. Meskipun demikian, semua kemungkinan tersebut saling terikat dan memiliki fase yang sama. Dan, apabila pengamatan dilakukan, maka salah satu probabilitas akan menyesuaikan fasa dengan lingkungan. Sedangkan yang lainnya mengalami pergeseran fase, menjadi tak bisa teramati oleh kita.
Suara televisi yang menyiarkan berita tentang kasus Penistaan Agama. Itu menghentikan Petualangan bentangan jiwa intelektualku. Aku berpikir, kalau saja para penegak hukum itu belajar tentang Superposisi dibawah tekanan Bagero maka mereka tidak hanya memeriksa titik dan koma dalam delik kasus ini. Tetapi mereka akan periksa Niat si Ahok yang merupakan aplikasi tindakan Jiwa dan perbuatan yang merupakan tindakan raga meskipun tidak mudah untuk menentukan apa yang dianggap sebagai sebab terjadinya suatu akibat yang dilarang oleh hukum pidana, karena suatu akibat dapat timbul disebabkan oleh berbagai faktor yang saling berhubungan. Bukankah, di dalam ilmu pengetahuan hukum pidana ajaran Kausalitas ini bertujuan untuk memberikan jawaban atas pertanyaan bilamanakah suatu perbuatan dipandang sebagai suatu sebab dan akibat yang timbul atau dengan perkataan lain ajaran Kausalitas bertujuan untuk mencari hubungan sebab dan akibat seberapah jauh akibat tersebut ditentukan oleh sebab. Di kampungku ada istilah untuk mengawali telusur kausalitas “Ayam hitam terbang malam, hinggap di kayu rindang rimbun, suara ada tampak tidak”. Pada posisi ini benar adalah Benar dan salah adalah salah, salah bisa benar, benar bisa salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar